BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu komplikasi terbanyak
pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada
setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian
abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur
kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut
perdarahan antepartum.
Perdarahan pada kehamilan muda
dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi
setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu
berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan
kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa
yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah
abortus.
Abortus merupakan ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
Angka kejadian abortus sukar
ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila
sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20%
merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan
mengalami keguguran 2 kali yang
berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran
berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau
dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%.
Abortus disebabkan oleh beberapa
faktor baik dari ibu maupun dari janin,
oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE
pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan
kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi.
1.2
Rumusan Masalah
Apakah
pengertian abortus?
Apa saja
penyebab abortus?
Bagaimana
patofisiologi abortus?
Apa saja
macam-macam abortus?
Apa saja diagnosa
banding perdarahan kehamilan muda?
Bagaimana
komplikasi akibat abortus?
1.3
Tujuan
1.3.1 Tujuan
umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus
dan penatalaksanaan
dari abortus.
1.3.2
Tujuan khusus
1. Menjelaskan
pengertian abortus
2. Menjelaskan
penyebab abortus
3. Menjelaskan
patofisiologi abortus
4. Menyebutkan
macam-macam abortus
5. Menjelaskan
diagnosa banding perdarahan kehamilan muda
6. Menjelaskan
komplikasi akibat abortus
1.4
Manfaat
1.4.1 Bagi
masyarakat
Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari
abortus.
1.4.2 Bagi peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan
penatalaksanaan abortus.
1.4.2 Bagi
institusi
Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi kesehatan agar dapat
mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Abortus
Abortus merupakan ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram, (prawirohardjo, 2009).
Abortus adalah ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk,
2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan
yang tidak diinginkan melalui metode obat-obatan atau bedah, (Morgan, 2009).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak
dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar
kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga
yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500
gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga
dengan immature.
Abortus adalah berakhirnya suatu
kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan,
(prawirohardjo, 2010).
2.2
Penyebab
Abortus
1.
Kelainan
pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat
menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas
embrio atau janin merupakan penyebab paling sering untuk abortus dini dan
kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat kromosom. Kelainan yang sering
ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula
kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang
sempurna.
Bila
lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu. Endometrium
belum siap untuk menerima implasi hasil konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu
kurang karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus,
obat-obatan tembakau dan alcohol.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili
korialis karena hipertensi menahun.
Endarteritis
dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta
terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi
menahun.
Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.
Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya pada
diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia
berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Penyakit-penyakit
maternal dan penggunaan obat : penyakit menyangkut infeksi virus akut, panas
tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi terhadap penyakit cacar .
nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan anoksia janin. Kesalahan
pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk perkembangan janin akan
mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu, khususnya preparat sitotoksik
akan mengganggu proses normal pembelahan sel yang cepat. Prostaglandin akan
menyebabkan abortus dengan merangsang kontraksi uterus.
Penyakit
infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis,
pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium
dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin,
kemudian terjadi abortus.
Kelainan
endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik
pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko
terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan
insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi
serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan
kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang
mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan terhadap pertumbuhan dan
pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi kongenital, prolapsus atau
retroversio uteri.
Kerusakan pada servik akibat robekan
yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi).
Rahim merupakan
tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma
uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten,
bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum.
5.
Trauma.
Tapi
biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri. Hubungan seksual khususnya
kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat keguguran
yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya
penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus
pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta mengambil alih
funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui
dapat mempengarhi fungsi uterus lewat hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal
1) Penyebab secara umum:
(1)
Infeksi
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah,
air raksa, dll.
d. Penyakit
kronis,
misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia
berat,
penyakit jantung, toxemia
gravidarum
9. Penyebab dari segi Janin
1) Kematian
janin akibat kelainan bawaan.
4) Pemeriksaan
USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum
yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh
janin.
5) Pada
40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6) Pada
20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi
dengan adekuat.
2.3
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu,
villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
2.4
Macam-macam
Abortus
1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
Peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Pada
tipe ini terlihat perdarahan pervaginam. Pada 50% kasus, perdarahan tersebut
hanya sedikit serta berangsur-angsur akan berhenti setelah berlangsung beberapa
hari dan kehamilan berlangsung secara normal. Meskipun demikian, wanita yang
mengalaminya mungkin tetap merasa khawatir akan akibat perdarahan pada bayi.
Biasanya kekhawatirannya akan dapat diatasi dengan menjelaskan kalu janin
mengalamin gangguan, maka kehamilannya tidak akan berlanjut.
Abortus
imminens merupakan abortus yang paling banyak terjadi. Pada abortus
ini, perdarahan berupa bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan
kehamilan. Namun, pada prinsipnya kehamilan masih bisa berlanjut atau
dipertahankan.
Setengah
dari abortus ini akan menjadi abortus inkomplit atau komplit, sedangkan sisanya
kehamilan akan berlangsung. Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa abortus ini
terdapatadanya risiko untuk terjadinya prematuritas atau gangguan pertumbuhan
dalam rahim.
1) Diagnosa pada abortus imminent adalah :
(1) Perdarahan
flek-flek (bisa sampai beberapa hari).
(2) Rasa
sakit seperti saat menstruasi bisa ada atau tidak .
(3) Serviks
dan OUE masih tertutup.
(4) PP
test (+).
2) Penanganan abortus imminens meliputi :
(1) Istirahat
baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang
mekanik.
(2) Terapi
hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional
sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak
diketahui secara pasti.
(3) Pemeriksaan
ultrasonografi untuk menentukan apakah janin masih hidup.
2. Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus.
Abortus insipiens diatandai oleh
kehilangan darah sedang hingga berat, kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri
kram pada abdomen bagian bawah dan dilatasi serviks.
Abortus insipiens merupakan keadaan
dimana perdarahan intrauteri berlangsung dan hasil konsepsi masih berada di dalam cavum uteri. Abortus ini sedang
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi, OUE terbuka, teraba ketuban,
dan berlangsung hanya beberapa jam saja.
1) Diagnosa abortus insipiens :
(1) Perdarahan
banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah.
(2) Nyeri
hebat disertai kontraksi rahim.
(3) Serviks
atau OUE terbuka dan/atau ketuban telah pecah.
(4) Ketuban
dapat teraba karena adanya dilatasi serviks.
(5) PPtest
dapat positif atau negatif .
2) Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
(1) Jika
usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan :
a. Berikan
ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu)
atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b. Segera
lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
(2) Jika
usia kehamilan lebih 16 minggu :
a.
Tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b.
Jika perlu, lakukan infus 20 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
(3) untuk
tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3. Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Abortus inkompletus berkaitan dengan retensi sebagian produk pembuahan (hampir
selalu plasenta) yang tidak begitu mudah terlepas pada kehamilan dini seperti
halnya pada kehamilan aterm. Dalam keadaan ini perdarahan tidak segera
berkurang sementar serviks tetap terbuka.
Abortus inkompletus merupakan suatu
abortus di mana hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina (belum
keluar semua) dan masih ada sisa-sisa jaringan yang tertinggal
(biasanya jaringan plasenta).
1) Diagnosa abortus inkomplit adalah:
(1) Umur
kehamilan biasanya diatas 12 minggu, atau bisa kurang.š
(2) Perdarahan
sedikit kemudian banyak, disertai keluarnya hasil konsepsi, tidak jarang
pasiendatang dalam keadaan syok.š
(3) Serviks
terbuka (1-2 jari, sering teraba sisa jaringan).
(4) PP
test positif atau negatif, anemia.
2) Penanganan abortus inkomplit :
(1) Jika
perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
(2) Jika
perdarahan banyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu,
evaluasi hasil konsepsi dengan :
a.
Aspirasi vakum manual merupakan
metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b.
Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila
perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
(3) Jika
kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan
infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau
ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi
b. Jika
perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi
sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
(4) Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
4. Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
Pada abortus jenis ini, hasil
konsepsi telah keluar semua dari cavum uteri. Perdarahan segera berkurang
setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari
perdarahan berhenti sama sekali karena dalam massa ini luka rahim telah
sembuh dan epitelisasi telah selesai Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Abortus kompletus terjadi kalau
semua produk pembuahan – janin, selaput ketuban dan plasenta sudah keluar.
Perdarahan dan rasa nyeri kemudian akan berhenti, serviks menutup dan uterus
mengalami involusi.
1) Diagnosa abortus komplets adalah :
(1) Perdarahan
yang sedikit
(2) Ostium
uteri telah menutup
(3) Uterus
telah mengecil
2) Penanganan abortus komplit :
(1) Tidak
perlu evaluasi lagi.
(2) Observasi
untuk melihat adanya perdarahan banyak.
(3) Pastikan
untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
(4) Apabila
terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
selama 2 minggu. Jika anemia berat berikan transfusi darah.
(5) Konseling
asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.
5. Abortus habitualis
Abortus
habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab
abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan
reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX).
Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
1) Diagnosa abortus habitualis adalah :
(1) Kehamilan
triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas.
(2)
Ketuban menonjol dan pada suatu saat
pecah.
(3)
Timbul mulas yang selanjutnya
diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu.
(4)
Penderita sering mengeluh bahwa ia
telah mengeluarkan banyak lender dari vagina
(5)
Diluar kehamilan penentuan serviks
inkompeten dilakukan dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri
melebar lebih dari 8 mm.
2) Penanganannya terdiri
atas :
(1) Memperbaiki keadaan umum.
(2) Pemberian makanan yang sempurna.
(3) Anjuran istirahat cukup banyak.
(4) Larangan koitus dan olah raga.
(5) Terapi dengan hormon progesteron, vitamin, hormon
tiroid, dan lainnyamungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis.
6. Missed abortion
Kalau janin muda yang telah mati tertahan di dalam rahim
selama 2 bulan atau lebih, maka keadaan itu disebut missed abortion. Sekitar
kematian janin kadang-kadang ada perdarahan per vaginam sedikit hingga
menimbulkan gambaran abortus imminens.
Kalau tidak terjadi abortus dengan pitocin infus
ini,sekurang kurangnya terjadi pembukaan yang memudahkan curettage. Dilatasi
dapat juga dihasilkan dengan pemasangan laminaria stift.
1) Gejala-gejala selanjutnya ialah :
(1) Rahim
tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air ketuban dan macerasi janin.
(2) Buah
dada mengecil kembali.
(3) Gejala-gejala
lain yang penting tidak ada, hanya ammenorhoe berlangsung terus. Biasanya
keaddan ini berakhir dengan abortus yang spontan selambat-lambatnya 6 minggu
setelah janin mati. Kalau janin mati pada kehamilan yang masih muda sekali,
maka janin lebih cepat dikeluarkan. Sebalikya kalau kehamilan lebih lanjut
retensi janin lebih lama. Sebagai batas maksimal retensi janin diambil 2 bulan,
kalau dalam 2 bulan belum lahir disebut missed abortion (abortus tertunda).
2) Diagnosa missed abortion adalah :
(1) Gejala
subyektif kehamilan menghilang
(2) Mammae
agak mengendor lagi
(3) Uterus
tidak membesar lagi bahkan mengecil
(4) Tes
kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang.
(5) Dengan
ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
(6) Perlu
diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan
darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu
dilakukan.
3) Penatalaksanaan :
Setelah
diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu
segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor,
seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun.
Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan
tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena
tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung
janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan
7. Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus
infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan
abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau
toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
Penyulit
serius pada abortus umumnya terjadi akibat abortus kriminalis. Perdarahan
hebat, sepsis, syok bakterial, dan gagal ginjal akut pernah terjadi pada
abortus legal tetapi dengan frekuensi yang jauh lebih kecil. Hasil biasanya
adalah metritis, tetapi dapat juga terjadi parametritis, peritonitis,
endokarditis, dan septikemia. Dari 300 abortus septik di Parkland Hospital,
bahkan darah posotif pada seperempatnya. Hampir dua pertiga adalah bakteria
anaerob sedangkan koliform juga sering dijumpai. Organisme lain yang dilaporkan
menjadi penyebab abortus septik antara lain adalah haemophilus influenzae,
campylobacter jejuni, dan streptokokus grup A. Terapi infeksi antara lain
adalah evakuasi segera produk konsepsi disertai anti mikroba spektrum luas
secara intravena. Apabila timbul sepsis dan syok, perlu diberikan terapi
suportif. Abortus septik juga pernah dilaporkan menyebabkan koagulopati
intravaskular diseminata.
1) Diagnosa abortus infeksiosa adalah :
(1) Abortus
yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas,
takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek
serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
(2) Apabila
terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil.
(3) Demam
tinggi, dan tekanan darah menurun.
(4) Untuk
mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada
serviks uteri.
8. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : 80 % dari semua abortus, Yaitu:
Abortus
provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu
tindakan.
Menghentikan
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai
umur 28 minggu, atau berat
badanbayi
belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat
terus hidup.
Ø Macam-macam
abortus provokatus :
1) Abortus provocatus
artificialis atau abortus therapeuticus.
Abortus
provocatus artificialis adalah Pengguguran kehamilan, biasanya dengan
alat-alat, dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu,
misalnya karena ibu berpenyakit berat.
Abortus
provocatus pada hamil muda (di bawah 12minggu) dapat dilakukan dengan pemberian
prostaglandin atau curettage dengan penyedotan (vakum) atau dengan sendok
curet.
Pada
hamil yang tua (di atas 12 minggu) dilakukan hysterotomi juga dapat disuntikkan
garam hypertonis (20%) atau prostaglandin intra-amnial.
Indikasi
untuk abortus therapeuticus misalnya : penyakit jantung (rheuma), hypertensi
essensial, carcinoma daro cervik.
Merupakan
terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel).
Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung
persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi
tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College
Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus
terapeutik :
(1) Apabila
berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan
secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu
dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.
(2) Apabila
kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi
wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
(3) Apabila
berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan
retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
2) Abortus provocatus criminalis.
Abortus provocatus criminalis adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
Abortus provokatus kriminalis adalah
interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang
bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan
ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori
ini.
2.5 Tabel diagnosa banding
perdarahan kehamilan muda
Perdarahan
|
Serviks
|
Uterus
|
Gejala/ tanda
|
Diagnosis
|
Tindakan
|
Bercak hingga sedang
|
tertutup
|
Sesuai dengan usia gestasi
|
Kram perut bawah
Uterus lunak
|
Abortus imminens
|
Obserasi perdarahan
Istirahat
Hindarkan koitus
|
Sedikit membesar dari normal
|
Limbung atau pingsan
Neri perut bawah
Nyeri goyang porsio
Masa adneksa
Cairan bebas intraabdomen
|
Kehamilan ektopik yang terganggu
|
Laparotomi dan parsial
Salpingektomi
Salpingostomi
|
||
Tertutup/terbuka
|
Lebih kecil dari usia gestasi
|
Sedikit/tanpa nyeri perut bawah
Riwayat ekspulsi hasil konsepsi
|
Abortus komplit
|
Tidak perlu terapi spesifik
kecuali perdarahan berlanjut atau terjadi infeksi
|
|
Sedang hingga masif/ banyak
|
Terbuka
|
Sesuai usia kehamilan
|
Kram atau nyeriperut bawah
Belum terjadi ekspulsi hasil
konsepsi
|
Abortus insipiens
|
Evakuasi
|
Kram atau nyeri perut bawah
Ekspulsi sebagian hasil konsepsi
|
Abortus inkomplit
|
Evakuasi
|
|||
Terbuka
|
Lunak dan lebih besar dari usia gestasi
|
Mual/ muntah
Kram perut bawah
Sindroma mirip preeklamsi
Tak ada janin keluar jaringan
seperti anggur
|
Abortus mola
|
Evakuasi
Tatalaksana mola
|
2.6 Komplikasi Akibat Abortus
Komplikasi
yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
9. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian
karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada
waktunya.
10. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
perforasi atau perlu histerektomi.
11. Infeksi
Sejumlah penyakit kronik diperkirakan dapat menyebabkan
abortus. Brucella abortus dan Campylobacter fetus merupakan kausa
abortus pada sapi yang telah lama dikenal,tetapi keduanya bukan kausa
signifikan pada manusia. Bukti bahwa toxoplasma gondii menyebabkan
abortus pada manusia kurang meyakinkan.tidak terdapat bukti bahwa Listeria
monocytogenes atau Chlamydia trachomatis menyebabkan abortus pada
manusia. Herpes simpleks dilaporkan berkaitan dengan peningkatan insidensi
abortus setelah terjadi infeksi genital pada awal kehamilan. Abortus spontan
secara independen berkaitan dengan antibodi virus imunodefisiensi manusia
(HIV-1) dalam darah ibu, seroreaktivitas sifilis pada ibu, dan kolonisasi
vagina pada ibu oleh streptokokus grup B.
12. Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok
hemoragik) dank karena infeksi berat (syok endoseptik).
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Abortus merupakan ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai
batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.
2. Terdapat beberapa macam abortus
diantaranya,
3. Adapun berbagai macam penenyebab abortus
yaitu, kelainan hasil konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan
traktus genitalia, trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik,
sebab dari janin, dan lain-lain
3.2
Saran
Berhati-hatilah
dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap komplikasi yang
terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif,dkk.
2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, FKUI. Jakarta: Media
Aesculapius.
Morgan,
geri & Carole hamilton. 2009. Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo,
sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo,
sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : PT. Bina Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar